Pada dasarnya, kedua konsep ini secara teoritis berbeda satu sama lain, meskipun keduanya seringkali dianggap sama oleh banyak orang. Sikap ingrasi dalam kelompok merujuk pada kecenderungan seseorang untuk memandang dirinya sebagai bagian dari kelompok tertentu dan sebagai bagian dari identitas sosial yang sama. Sebaliknya, sikap solidaritas kelompok merujuk pada kecenderungan seseorang untuk merasakan sense of unity dengan kelompok dan bersatu dalam tujuan dan nilai bersama.
Sikap ingrasi dalam kelompok ini biasanya muncul karena adanya faktor-faktor seperti ras, etnisitas, agama, jenis kelamin, dan sebagainya. Dalam kasus ini, individu menjadi lebih terfokus pada perbedaan-perbedaan itu dan memperketat hubungan dengan anggota yang memiliki identitas sosial yang sama. Tindakan seperti ini biasanya membentuk pengelompokan positif dan negatif dalam interaksinya dengan orang lain.
Di sisi lain, sikap solidaritas kelompok muncul ketika anggota kelompok memiliki tujuan yang sama, nilai-nilai yang sama, dan kepentingan yang sama. Artinya, tujuan bersama seperti mencapai sukses dalam suatu projek, menyelesaikan konflik atau masalah, atau mempromosikan sebuah kampanye yang sama, menjadi prioritas utama bagi para anggota dalam kelompok. Kesamaan-kesamaan ini mendorong anggota kelompok untuk lebih mempererat hubungan antara satu sama lain, tanpa memperhatikan apa pun identitas sosial yang terkait dengan mereka.
Saat melihat kedua sikap ini, sebenarnya keduanya berkaitan erat satu sama lain, meskipun dari sudut pandang yang berbeda. Sikap ingrasi dalam kelompok dapat membantu membentuk identitas sosial yang lebih kuat untuk seluruh kelompok, sementara sikap solidaritas kelompok membantu mengintegrasikan para anggota kelompok ke dalam suatu proses yang sama. Dalam beberapa kasus, kedua sikap ini bahkan dapat membentuk sikap yang lebih positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Namun, pada kenyataannya, kedua sikap ini seringkali dikaitkan dengan adanya konflik antara kelompok dan individual atau antara kelompok yang berbeda. Dalam banyak kasus, pengelompokan yang berdasarkan identitas sosial dapat memperkuat stereotip dan memperketat kesenjangan antara kelompok yang berbeda. Di sisi lain, kelompok yang sangat kohesif juga dapat menghasilkan reaksi negatif terhadap kelompok lain yang mungkin memiliki tujuan atau nilai yang berbeda.
Secara keseluruhan, kedua sikap ini memiliki pengaruh yang besar dalam bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok maupun di luar kelompok. Perbedaan signifikan dari kedua sikap tersebut terletak pada sumber daya apa yang digunakan dan dilekatkan pada kelompok. Untuk sikap ingrasi dalam kelompok, identitas sosial terkait dengan kelompok biasanya menjadi sumber daya kunci yang harus dilindungi. Di sisi lain, untuk sikap solidaritas kelompok, tujuan bersama dan nilai-nilai bersama menjadi sumber daya kunci yang harus dijaga.
Sebagai kesimpulan, baik sikap ingrasi dalam kelompok maupun sikap solidaritas kelompok memiliki dampak yang signifikan terhadap interaksi individu dalam kelompok atau dengan kelompok lainnya. Sekarang kita dapat lebih memahami perbedaan antara keduanya dan bagaimana keduanya dapat berdampak pada dinamika kelompok dan interaksi sosial.