Skip to content
Home » Perbandingan Model Evolutionary Development dengan Model Waterfall

Perbandingan Model Evolutionary Development dengan Model Waterfall

H1: Perbandingan Model Evolutionary Development dengan Model Waterfall: Manakah yang Lebih Baik?

Dalam pengembangan perangkat lunak, terdapat sejumlah model atau metode yang digunakan untuk mengatur dan mengelola siklus hidup pengembangan perangkat lunak. Dua model yang sering digunakan adalah model evolutionary development dan model waterfall. Kedua model ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan cocok diterapkan pada situasi yang berbeda-beda. Dalam artikel ini, kita akan membandingkan kedua model tersebut dan mencari tahu manakah yang lebih baik.

Model Waterfall

Model Waterfall adalah salah satu model pengembangan perangkat lunak yang paling tua dan paling sederhana. Model ini mengatur siklus hidup pengembangan perangkat lunak ke dalam beberapa fase, mulai dari analisis kebutuhan hingga pemeliharaan. Setiap fase harus selesai sebelum fase berikutnya dimulai, dan tidak ada kembali ke fase sebelumnya.

Siklus hidup pengembangan perangkat lunak dalam model Waterfall terdiri dari lima fase, yaitu analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan. Setiap fase ini harus selesai dengan sempurna sebelum fase berikutnya dimulai. Setiap fase juga memiliki dokumen yang spesifik dan lengkap, seperti dokumen analisis kebutuhan, dokumen desain, kode program, dokumen pengujian, dan dokumen pemeliharaan.

Keuntungan dari model Waterfall adalah bahwa model ini mudah dipahami dan mudah diterapkan. Tiap fase harus selesai sebelum fase berikutnya dimulai, sehingga project manager dapat mengukur kemajuan proyek dengan mudah. Dokumen spesifik setiap fase merupakan panduan yang berguna bagi pengembang, tester dan project manager pada setiap fase. Oleh karena itu, model Waterfall cocok diterapkan pada project yang sifatnya stabil dan lebih sederhana.

Model Evolutionary Development

Model Evolutionary Development adalah model pengembangan perangkat lunak yang bersifat iteratif dan inkremental. Artinya, pengembangan perangkat lunak dilakukan dalam tahap-tahap yang berkali-kali dan setiap iterasi memberikan tambahan fungsionalitas pada sistem. Setiap iterasi terdiri dari tahap-tahap analisis, rancangan, implementasi, dan pengujian. Tahap analisis dan rancangan merupakan tahap yang sangat penting untuk menentukan persyaratan manajemen sistem dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum implementasi.

BACA JUGA:   Perbandingan Tinggi Nabi Adam dan Dinosaurus

Keuntungan dari model Evolutionary Development adalah model ini cocok untuk project yang kompleks dan tidak jelas persyaratan fungsionalitasnya. Model ini memungkinkan pengembang untuk bereksperimen, membuat perubahan, dan menambahkan fungsionalitas pada setiap iterasi pengembangan. Dalam model ini, project manager dapat memprioritaskan persyaratan fungsionalitas dan mengembangkan sistem dengan cepat.

Perbandingan antara Model Waterfall dan Model Evolutionary Development

  • Kesulitan dalam Menentukan Persyaratan dan Spesifikasi: Model Waterfall memerlukan persyaratan yang terperinci dan jelas sebelum proses pengembangan dimulai. Sementara model Evolutionary Development memungkinkan pengembang untuk mengembangkan sistem dengan persyaratan yang belum jelas atau terus berubah. Oleh karena itu, jika persyaratan dan spesifikasi tidak jelas, model Evolutionary Development lebih cocok.
  • Waktu: Model Waterfall memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sedikit fleksibilitas. Model ini cocok untuk project yang stabil dan definitif. Sementara model Evolutionary Development memungkinkan pengembang untuk mengembangkan sistem dengan cepat.
  • Biaya: Model Waterfall memerlukan biaya yang lebih banyak karena kebutuhan dokumen spesifik pada setiap tahap. Dokumen ini berguna sebagai panduan untuk pengembang pada setiap tahap. Sementara model Evolutionary Development memerlukan biaya yang lebih rendah karena iterasi pengembangan yang lebih efisien.
  • Fleksibilitas: Model Waterfall kurang fleksibel, dan pengembang sulit menambahkan perubahan setelah fase tertentu sudah selesai. Model ini lebih cocok untuk sistem yang tidak perlu banyak perubahan. Sementara model Evolutionary Development adalah model yang lebih fleksibel, dan pengembang dapat menambah, mengubah, atau menghapus fitur-fitur setelah mereka diimplementasikan.

Kesimpulan

Kedua model, yakni Model Waterfall dan Model Evolutionary Development, memiliki keunikan masing-masing dan bisa digunakan dalam situasi yang berbeda-beda tergantung karakteristik dari project. Jika persyaratan sistem dan spesifikasi sudah jelas, serta project stabil dan relatif sederhana, model Waterfall akan bisa digunakan. Sementara jika persyaratan sistem dan spesifikasi belum jelas dan project kompleks, model Evolutionary Development bisa digunakan.

BACA JUGA:   Skema Piramida Gizi Seimbang

Namun, jika biaya dan waktu sangat penting, model Evolutionary Development lebih cocok untuk digunakan. Model ini memungkinkan pengembang untuk mengembangkan sistem dengan cepat, serta menambah dan menghapus fitur pada setiap iterasi pengembangan. Sedangkan model Waterfall cocok untuk project yang lebih stabil dan tidak memerlukan banyak perubahan pada setiap tahap.

Oleh karena itu, sebelum memulai pengembangan, sebaiknya project manager mempertimbangkan karakteristik dari project dan memilih model yang cocok untuk mengembangkan sistem.