Ular Viper Hijau Ekor Merah, atau yang juga dikenal sebagai Trimeresurus erythrurus, adalah spesies ular beracun yang hidup di wilayah Asia Tenggara. Ular ini termasuk ke dalam keluarga ular Viperidae, yang juga meliputi spesies ular viper lain seperti ular Copperhead dan ular Rattlesnake.
Penampilan
Ular Viper Hijau Ekor Merah memiliki pola berwarna hijau tua atau hijau keabu-abuan dengan garis-garis horizontal yang lebih terang di bagian bawah tubuhnya. Ekor ular ini memiliki warna yang berbeda, yakni merah atau jingga, sehingga memudahkan untuk mengidentifikasinya.
Sedangkan ukuran tubuh ular ini bervariasi, tergantung dari jenis kelaminnya. Ular Viper Hijau Ekor Merah jantan biasanya lebih kecil dibandingkan betinanya, dengan panjang tubuh maksimal sekitar 65 cm, sedangkan ukuran betina dapat mencapai 80 cm.
Habitat
Ular Viper Hijau Ekor Merah ditemukan di daerah-daerah yang lembap seperti hutan, pegunungan, dan daerah perbukitan. Ular ini juga dapat ditemukan di sekitar wilayah pertanian dan permukiman manusia.
Cara Memburu dan Makanan
Seperti kebanyakan ular lainnya, Ular Viper Hijau Ekor Merah adalah predator yang berburu berbagai macam mangsa seperti burung, tikus, katak, dan hewan kecil lainnya. Ular ini memangsa mangsa dengan cara menggigit dan meracuni dengan bisa yang dihasilkan oleh glandula gigitannya.
Beracun dan Bahaya bagi Manusia
Ular Viper Hijau Ekor Merah memiliki bisa yang sangat beracun dan mematikan bagi manusia. Bisa yang dihasilkan oleh spesies ular ini dapat menyebabkan gejala seperti bengkak, rasa sakit, mual, muntah, diare, dan bahkan kelumpuhan. Sebagian besar kasus gigitan ular Viper Hijau Ekor Merah mengakibatkan kematian bagi manusia.
Perlindungan dan Konservasi
Ular Viper Hijau Ekor Merah termasuk spesies yang dilindungi di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ular ini terancam oleh hilangnya habitat alaminya dan perburuan untuk diambil kulitnya yang dijadikan bahan kerajinan.
Kesimpulan
Ular Viper Hijau Ekor Merah merupakan spesies ular beracun yang hidup di wilayah Asia Tenggara dan termasuk sebagai spesies yang dilindungi. Ular ini memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, memiliki bisa yang sangat beracun bagi manusia, dan memangsa mangsa dengan cara menggigit dan meracuni dengan bisa yang dihasilkan oleh glandula gigitannya. Kita harus menjaga spesies ini agar tidak punah dan turut serta dalam upaya konservasi flora dan fauna di alam liar.