Skip to content
Home » Apa Perbedaan Metode FIFO, LIFO, dan Average

Apa Perbedaan Metode FIFO, LIFO, dan Average

Sebagai seorang pengusaha atau akuntan, Anda mungkin sering mendengar istilah FIFO, LIFO dan Average ketika membicarakan metode akuntansi persediaan. Metode-metode ini digunakan untuk menghitung nilai persediaan barang dagangan atau produk jadi dalam akuntansi. Namun, apakah Anda telah memahami perbedaan mendasar antara ketiga metode ini? Simak penjelasan berikut ini.

FIFO (First In First Out)

Metode FIFO adalah metode penghitungan persediaan yang didasarkan pada prinsip First In First Out (masuk pertama keluar pertama). Secara sederhana, metode ini memprioritaskan barang masuk pertama kali untuk dikeluarkan dan dijual terlebih dahulu. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan "keluar" adalah pengambilan barang dari gudang dan penjualan kepada konsumen.

Contoh penerapan metode FIFO: Anda membeli 100 buah produk A pada harga Rp. 5.000 per unit pada tanggal 1 Januari. Kemudian, pada tanggal 15 Januari, Anda membeli 200 buah produk A lagi pada harga Rp. 6.000 per unit. Pada tanggal 20 Januari, Anda menjual 150 buah produk A. Menurut metode FIFO, sebanyak 100 buah produk A yang dibeli pada tanggal 1 Januari akan dijual terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan 50 buah produk A dari pembelian tanggal 15 Januari.

LIFO (Last In First Out)

Metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO, yaitu penghitungan persediaan yang didasarkan pada prinsip Last In First Out (masuk terakhir keluar pertama). Hal ini berarti bahwa barang masuk terakhir kali akan dikeluarkan dan dijual terlebih dahulu dari persediaan.

Contoh penerapan metode LIFO: Anda membeli 100 buah produk A pada harga Rp. 5.000 per unit pada tanggal 1 Januari. Kemudian, pada tanggal 15 Januari, Anda membeli 200 buah produk A lagi pada harga Rp. 6.000 per unit. Pada tanggal 20 Januari, Anda menjual 150 buah produk A. Menurut metode LIFO, sebanyak 200 buah produk A yang dibeli pada tanggal 15 Januari akan dijual terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan 50 buah produk A dari pembelian tanggal 1 Januari.

BACA JUGA:   Melaju dengan Shock Belakang Beat Fi

Average

Metode Average (rata-rata) menghitung persediaan dengan cara menjumlahkan total biaya pembelian barang dan dikalkulasikan dengan jumlah persediaan total yang tersedia.

Contoh penerapan metode Average: Anda membeli 100 buah produk A pada harga Rp. 5.000 per unit pada tanggal 1 Januari. Kemudian, pada tanggal 15 Januari, Anda membeli 200 buah produk A lagi pada harga Rp. 6.000 per unit. Terdapat 300 buah produk A di gudang pada akhir bulan. Menurut metode Average, nilai persediaan produk A adalah Rp. 5.666 per unit ((Rp. 5.000 x 100) + (Rp. 6.000 x 200)) / 300.

Perbedaan Ketiga Metode

Perbedaan utama antara ketiga metode ini terletak pada penghitungan nilai persediaan barang. Metode FIFO menghitung persediaan berdasarkan harga pembelian terakhir kali. Sementara itu, metode LIFO menghitung persediaan berdasarkan harga pembelian pertama kali (atau harga terendah). Sedangkan metode Average menghitung persediaan berdasarkan harga rata-rata.

Berdasarkan prinsip penghitungan tersebut, dapat diketahui bahwa metode FIFO dan LIFO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih yang tercatat dalam laporan keuangan. Jika harga pembelian cenderung naik dari waktu ke waktu, maka penggunaan metode FIFO akan menyebabkan laba bersih lebih besar dibandingkan dengan metode LIFO. Hal ini disebabkan karena nilai persediaan yang dihitung melalui metode FIFO cenderung lebih rendah.

Sebaliknya, jika harga pembelian cenderung turun dari waktu ke waktu, maka penggunaan metode LIFO akan menyebabkan laba bersih lebih besar dibandingkan dengan metode FIFO. Hal ini disebabkan karena nilai persediaan yang dihitung melalui metode LIFO cenderung lebih rendah.

Kesimpulan

Ketiga metode penghitungan persediaan, yaitu FIFO, LIFO, dan Average memiliki prinsip dan cara perhitungan yang berbeda. Metode FIFO mengutamakan barang masuk pertama kali untuk dijual terlebih dahulu, metode LIFO mengutamakan barang masuk terakhir kali untuk dijual terlebih dahulu, sementara metode Average menghitung nilai persediaan berdasarkan rata-rata biaya pembelian. Pemilihan metode tergantung pada kebutuhan dan kondisi persediaan yang dimiliki perusahaan. Namun, akuntan dan pengusaha perlu memperhatikan pengaruh masing-masing metode terhadap laba bersih yang tercatat dalam laporan keuangan.

BACA JUGA:   Apa Bedanya Pidana dan Perdata?